Senin, 24 November 2008

Prinsip Kerja PLTN

Perbedaan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan pembangkit listrik tenaga
nuklir (PLTN) ditunjukkan pada Gambar di bawah Pada PLTU, di dalam ketel uap (boiler)
minyak atau batu bara dibakar untuk membangkitkan uap dengan temperatur dan tekanan
tinggi, kemudian uap ini disalurkan ke turbin untuk membangkitkan tenaga listrik. Dalam hal
pembangkitan listrik, PLTU dan PLTN mempunyai prinsip yang sama. Panas yang dihasilkan
digunakan untuk membangkitkan uap dan kemudian uap disalurkan ke turbin untuk
membangkitkan listrik. Yang berbeda dari kedua tipe pembangkit listrik ini adalah mesin
pembangkit uapnya, yang satu berupa ketel uap dan yang lainnya berupa reaktor nuklir.
Dalam reaktor nuklir PLTN, reaksi fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya dalam bahan
bakar sehingga bahan bakar menjadi panas. Panas ini kemudian ditransfer ke pendingin
reaktor yang kemudian secara langsung atau tak langsung digunakan untuk membangkitkan
uap. Pembangkitan uap langsung dilakukan dengan membuat pendingin reaktor (biasanya air
biasa, H2O) mendidih dan menghasilkan uap. Pada pembangkitan uap tak langsung,
pendingin reaktor (disebut pendingin primer) yang menerima panas dari bahan bakar
disalurkan melalui pipa ke perangkat pembangkit uap. Pendingin primer ini kemudian
memberikan panas (menembus media dinding pipa) ke pendingin sekunder (air biasa) yang
berada di luar pipa perangkat pembangkit uap untuk kemudian panas tersebut mendidihkan
pendingin sekunder dan membangkitkan uap.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

PLTN di Indonesia

Seiring dengan krisis energi yang sedang menimpa Indonesia saat ini yang ditandai
dengan semakin menipisnya cadangan minyak yang dimiliki Indonesia, maka pemerintah berniat
membangun PLTN (Pembangkit LIstrik Tenaga Nuklir) di Indonesia. Pemerintah merasa
pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada sekarang dirasa masih kurang untuk memenuhi
konsumsi listrik di Indonesia.
Pengertian dari PLTN sendiri adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas
yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Cara kerja PLTN
tidak jauh dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Bedanya pada PLTN energi panas yang
dihasilkan berasal dari reaksi nuklir. Panas yang dihasilkan dari reaksi nuklir ini digunakan untuk
menguapkan air pendingin. Uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga diperoleh
energi kinetik. Energi kinetik yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator yang akhirnya
menghasilkan energi listrik.
Namun masih terdapat pro & kontra dalam masyarakat mengenai rencana pemerintah ini.
Oleh karena itu pemerintah harus memberikan penyuluhan mengenai teknologi nuklir kepada
masyrakat. Selain itu pemerintah juga harus menerapkan standard keamanan yang ketat
terhadap PLTN yang akan didirikan.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Sejarah Singkat Program Pembangunan PLTN di Indonesia

Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.

Di Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.

Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong.

Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria.

Pada tahun 1989, Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) memutuskan untuk melakukan studi kelayakan yang komprehensif termasuk investigasi secara mendalam tentang calon tapak PLTN di Semenanjung Muria Jawa-Tengah. Pelaksanaan studi itu sendiri dilaksanakan di bawah koordinasi BATAN, dengan arahan dari Panitia Teknis Energi (PTE), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan dilakukan bersama-sama oleh beberapa instansi lain di Indonesia.



Pada bulan Agustus tahun 1991, sebuah perjanjian kerja tentang studi kelayakan telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Perusahaan Konsultan NEWJEC Inc. Perjanjian kerja ini berjangka waktu 4,5 tahun dan meliputi pelaksanaan pekerjaan tentang pemilihan dan evaluasi tapak PLTN, serta suatu studi kelayakan yang komprehensif tentang kemungkinan pembangunan berbagai jenis PLTN dengan daya total yang dapat mencapai 7000 MWe. Sebagian besar kontrak kerja ini digunakan untuk melakukan pekerjaan teknis tentang penelitian pemilihan dan evaluasi tapak PLTN di lokasi tapak di Semenanjung Muria.

Pada 2 tahapan pekerjaan yang pertama (Step 1-2) sudah dilakukan dengan baik pada tahun 1992 dan 1993. Pada fase ini 3 buah calon tapak yang spesifik sudah berhasil dilakukan dengan studi perbandingan dan ditentukan rangkingnya. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa calon tapak terbaik adalah tapak PLTN Ujung Lemahabang. Kemudian tahapan kegiatan investigasi akhir (Step-3) dilakukan dengan mengevaluasi calon tapak terbaik tersebut untuk melakukan konfirmasi apakah calon tapak tersebut betul dapat diterima dan memenuhi standar internasional. Studi tapak PLTN ini akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1995. Secara keseluruhan, studi tapak PLTN di Semanjung Muria dapat diselesaikan pada bulai Mei tahun 1996. Selain konfirmasi kelayakan calon tapak di Semanjung Muria, hasil lain yang penting adalah bahwa PLTN jenis air ringan dengan kapasitas antara 600 s/d 900 MWe dapat dibangun di Semenanjung Muria dan kemudian dioperasikan sekitar tahun 2004 sebagai solusi optimal untuk mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali.

Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan “Bid Invitation Specification” (BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN.

Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak dan perlu untuk melakukan evaluasi kembali tentang kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) energi khususnya kelistrikan di Indonesia. Untuk itu suatu studi perancanaan energi dan kelistrikan nasional jangka panjang “Comprehensive Assessment of Different Energy Resources for Electricity Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun 2025.

Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua pihak yang terkait dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan energi nuklir di Indonesia sudah diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010, sehingga sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 2016.

BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi, keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi nuklir di Indonesia.


Dikutip dari: http://www.batan.go.id


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Berikut Ini adalah kumpulan artikel yang mengupas masalah Indonesia Soal PLTN di Indonesia:
Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

PLTN = REVOLUSI KEBIASAAN INDONESIA

Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sebagai solusi krisis energi
belakangan ini menuai protes yang tidak sedikit. PLTN yang muncul sebagai dewa
penyelamat bertabir “listrik mudah, aman, dan ramah lingkungan”, tampaknya tidak
mudah menghapus deretan daftar dosa nuklir yang sudah mendarah daging di Indonesia.
Benarkah Indonesia membutuhkan PLTN sebagai solusi krisis energi berkepanjangan di
negeri ini?
Rencana pembangunan PLTN pada 2016 yang harus mundur sampai tahun 2020
sudah cukup memperlihatkan betapa Negara kita belum siap menyongsong “dewa
penyelamat” energi ini. Hal ini cukup beralasan, karena PLTN tidak bisa dibangun di
tempat yang rawan gempa. Hal ini ditakutkan bisa mengakibatkan kerusakan pada
komponen vital reaktor yang bisa berakibat fatal.
PLTN diagung-agungkan sebagai pembangkit listrik yang murah. Biaya bahan
bakar yang diklaim lebih murah, serta biaya operasional yang lebih sedikit dari
pembangkit listrik lainnya dianggap sebagai daya tarik utamanya (Indonesia sangat tahu
hal ini benar, karena pemerintah umumnya cenderung “pelit” dalam hal memberi dana
untuk sesuatu yang penting). Ditambah lagi PLTN adalah salah satu pembangkit listrik
yang eco-friendly. Minimnya emisi karbon dan minimnya radiasi (tentunya jika semua
prosedur dipatuhi) membuatnya pantas dibangun demi alas an lingkungan hidup yang
kini sudah saatnya diberi perhatikan lebih.
Hal yang harus diperhatikan adalah masalah kecelakaan. Kejadian di Chernobyl,
Ukraina, sudah cukup untuk menjadi teladan bagi bangsa lain yang ingin membangun
PLTN (walaupun sebenarnya hal ini sidebabkan murni human error dan tidak
dipatuhinya standar keamanan dengan tidak membangun containment bulding/bangunan
penahan). Hal inilah yang mengakibatkan kecelakaan reaktor sebagai masalah yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Resiko radiasi sinar gamma yang beresiko
mengakibatkan kanker dan mutasi genetik adalah mimpi buruk bagi setiap orang yang
pernah menyaksikannya.
Hal yang paling ditakutkan adalah bahwa teknologi ini harus dikerjakan oleh
bangsa Indonesia (yang tidak perlu lagi diragukan kelalaiannya). Jangankan PLTN
yangmerupakan teknologi termutakhir dalam bidang energi, pembangkit listrik tenaga
bahan bakar saja sudah “kelimpungan” di sana-sini jika ada kerusakan, pake nyalahin
orang lain lagi. Rencana merekrut ahli dari luar negeri semakin menunjukkan
ketergantungan bangsa ini dengan negara luar. Saya rasa hal ini sah-sah saja, selama
masih memberikan hasil yang baik yang baik dan tidak merugikan bangsa kita.
Jika pemerintah tetap “ngotot” ingin membangun PLTN, maka negara ini harus
siap-siap mengalami revolusi kebiasaan besar-besaran pada kebiasaan bangsa ini yang
suka “sembrono”. Pemerintah dan BATAN harus bisa memberikan rasa aman bagi
penduduk di sekitar PLTN. Penelitian lebih lanjut dan lebih intensif dalam cara
mengolah limbah nuklir dan pada proses decomissioning harus dilakukan. Tidak
mungkin kita harus menunggu selama 60 tahun (dengan teknologi termutakhir untuk
mempercepat limbah nuklir meluruh) untuk menunggu limbah nuklir aman bagi
lingkungan.
Seharusnya, pemerintah lebih menggalakkan penelitian terhadap sumber energi
terbaharui. Bukankah sumber energi terbaharui lebih aman dan ramah lingkungan?
Bukankah sumber energi ini lebih murah? Bukankah potensi energi terbaharui sebagai
sumber pendapatan yang menguntungkan setiap orang lebih besar? Memang sumber
energi terbaharui tidak menghasilkan daya yang tidak sebanding dengan nuklir, tapi
tetap saja manusia sangat membutuhkan rasa aman yang sudah merupakan hak dasar
setiap orang.
Jika manusia disuruh memilih antara hidup berkecukupan dengan rasa aman,
pastilah setiap orang yang normal akan memilih rasa aman (bukankah jika ada bencana
alam semua orang lebih dahulu menelamatkan diri, bukan hartanya?). Untuk itu, jika
pemerintah ingin membangun PLTN, sebaiknya dipikirkan lebih lanjut dan lebih
mendalam, apa baik dan buruknya. Pemerintah dan para ahli nuklir harus mau bekerja
keras dan tidak main-main karena hal ini mempertaruhkan nasib khalayak ramai.
Semoga BATAN tetap menaati visi mereka, menciptakan teknologi nuklir
berkeselamatan handal.


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

PLTN, TEKNOLOGI PROSPEKTIF UNTUK MASA DEPAN

Stigma bahwa nuklir merupakan senjata pemusnah massal sudah melekat pada
pemikiran mayoritas masyarakat Indonesia. Nuklir hanya dianggap sebatas bom dan
peralatan perang yang memiliki daya ledak sangat besar sehingga orang-orang merasa
takut karenanya. Propaganda melalui media cetak maupun elektronik yang hanya
mengekspos bahaya nuklir menimbulkan paradigma sepihak, akibatnya masyarakat
menjadi terprovokasi dan menolak pengembangan teknologi nuklir di Indonesia.
Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh kekurangtahuan mereka tentang
teknologi nuklir. Minimnya sosialisasi serta rasa trauma akan peristiwa Chernobyl
menimbulkan bayang-bayang gelap di benak masyarakat. Kita harus membuka mata
bahwa sebenarnya nuklir juga bisa menjadi jawaban atas krisis energi yang terjadi di
bumi. Hanya energi nuklir yang menawarkan solusi efektif guna memerangi
keterbatasan energi yang kita miliki. Energi nuklir tidak memancarkan gas rumah
kaca sehingga tidak merusak atmosfer. Salah satu pengembangannya dapat kita
aplikasikan dengan membangun PLTN.
Teknologi PLTN sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon
dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. PLTN pun bebas emisi karbon
sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global. PLTN juga menghasilkan
limbah, namun diproses dengan baik dan tidak dibuang ke lingkungan. Adapun
limbah PLTN terbagi menjadi 2, yaitu limbah tingkat tinggi dan limbah tingkat
rendah. Limbah tingkat tinggi dapat digunakan kembali untuk bahan bakar PLTN sehingga
mampu membangkitkan listrik. Memang biaya untuk infrastrukturnya besar,
namun hasilnya nanti dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan PLTN,
listrik bisa lebih murah.
Walau demikian, sangat disayangkan bahwa pembangunan PLTN di Indonesia
seringkali mengalami beberapa kendala. Salah satu faktornya disebabkan karena isuisu
yang berkembang di kalangan masyarakat luas sehingga mereka tidak menyetujui
pembangunan PLTN. Adapun penentangan ini salah satunya berakar dari budaya
korupsi di Indonesia yang sudah merajalela. Bayangkan apabila terjadi korupsi bahan
bangunan dalam pembangunan PLTN (seharusnya menggunakan baja dengan kualitas
terbaik, namun dibelikan baja dengan kualitas biasa saja), pastilah akan menimbulkan
bencana yang sangat besar bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga
masih khawatir akan terjadinya radiasi. Meskipun beton dengan tebal satu setengah
meter mengelilingi seluruh sisi bangunan, namun hal tersebut tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya kebocoran. Bahkan lubang yang sangat kecil sekalipun
dapat berakibat fatal. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi isu-isu yang tumbuh
berkembang di masyarakat, dibutuhkan kerja sama yang baik dan hubungan yang
terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus memberikan anggaran
yang transparan kepada publik, sehingga publik dapat ikut serta memantau dan
mengawasi kerja pemerintah setiap saat. Masyarakat juga diharapkan dapat
mendukung dan memberikan kepercayaan pada pemerintah, sebagai wakil rakyat,
untuk dapat mengelola rumah tangga negara ini dengan baik.
Memang bukan tidak mungkin kalau suatu saat nanti akan timbul dampakdampak
negatif dari PLTN, namun perlu digaris bawahi bahwa setiap kecelakaan,
radiasi, atau hal membahayakan lainnya hanya akan terjadi apabila terdapat kesalahan
manusia (human error). Maka dari itu sangat diperlukan pengawasan yang ketat
selama 24 jam, baik dalam proses pembangunan maupun pengoperasian PLTN.
Dalam pengelolaannya, keselamatan harus menjadi prioritas paling utama.
Untuk itu, PLTN harus dibangun pada lahan yang stabil, yang terhindar atau terbebas
dari fenomena-fenomana alam yang mengancam, seperti gempa bumi, vulkanologi,
tsunami, dsb. Pembangunannya harus jauh dari tempat pemukiman penduduk,
misalnya di luar Pulau Jawa. Tempat-tempat yang dapat membahayakan keberadaan
PLTN juga harus dihindari, seperti bandara, gedung amunisi militer, dll. Selain itu,
PLTN harus dibangun di lokasi yang mampu memasok cadangan listrik yang cukup
guna memperlancar pengoperasiannya, serta diperlukan adanya peraturan, pengawasan, serta
kedisiplinan tinggi dari semua pihak yang terlibat. Operator dan
pengawas harus terdiri dari orang-orang yang berdedikasi dan berkompeten.
Teknologi yang digunakan pun harus teknologi yang sudah teruji dengan sistem
pertahanan berlapis. Karenanya, pemerintah harus memberi gaji yang memadai untuk
para pekerja PLTN, sebab demi pekerjaan ini mereka harus menanggung resiko yang
besar.
Mengingat begitu signifikannya perkembangan teknologi ke depan, kita tidak
mungkin meninggalkan dan melupakan teknologi nuklir begitu saja. Selain menjadi
solusi bagi krisis energi, teknologi nuklir pun dapat mengatasi krisis yang lain, seperti
krisis air bersih yang diperlukan untuk konsumsi manusia dan irigasi. Nuklir dapat
menjadi jawaban untuk krisis nasional jangka panjang, juga sangat membantu
kelangsungan hidup manusia karena dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti kedokteran, pertanian, peternakan, hidrologi, industri, dan pangan.
“Janganlah takut terhadap sesuatu yang belum diketahui. Dengan ilmu,
sesuatu yang berbahaya bisa menjadi aman” merupakan kutipan dari sebuah cover
buku yang layak kita tanamkan dalam pikiran kita. Suatu saat nanti, ketika bangsa kita
sudah berhasil memajukan teknologi nuklir, kita dapat membagikan pengetahuan
tersebut kepada negara-negara lain sehingga kita dapat turut menciptakan perdamaian
dunia melalui sains.

Artikel Terkait:
1. Balada PLTN di Indonesia 2. Nuklir Penyelamat Peradaban
3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia
4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia
5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?
6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir
7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi
8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana
9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan
10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

Proyek Manhattan yang disponsori pemerintah Amerika Serikat pada tahun
1930-an telah menjadikan ilmu pengetahuan tentang reaksi nuklir sebagai sebuah
senjata yang mengerikan dengan dalih menciptakan perdamaian untuk menciptakan
tatanan dunia baru. Dengan alasan mengakhiri Perang Dunia Ke-2, dua kota di Jepang
menjadi saksi dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh bom nuklir tersebut. Sebagai
catatan, sampai saat ini hanya Amerika Serikat saja yang pernah menggunakan senjata
nuklir pada pertempuran sebenarnya. Mungkin sejak saat itu masyarakat dunia
mempunyai sudut pandang lain yang tidak bijak mengenai nuklir, walaupun menurut
perhitungan sebenarnya bom nuklir tidak seberapa mengerikan jika dibandingkan
dengan bom hidrogen. Ditambah lagi dengan kejadian-kejadian lain seperti insiden yang
terjadi di Chernobyl, Rusia, dimana ratusan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi
dikarenakan ledakan di instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut. Film-film
Holywood juga memperparah persepsi keliru tersebut dengan seringnya menempatkan
nuklir sebagai bagian dari tokoh antagonis yang ingin merusak tatanan dunia.
Pemanfaatan teknologi nuklir sebagai sumber energi telah lama dilakukan di
negara-negara maju seperti AS, Perancis, Jepang, atau negara yang mempunyai
kepentingan politis seperti India, Pakistan, dan Iran. Secara ekonomis, sumber energi
radioaktif ini lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil yang dimungkinkan tidak
akan bertahan dalam waktu seratus tahun lagi. Cadangan zat radioaktif, salah satunya
uranium, di dunia ini bila dikonversi ke satuan energi secara matematis jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan cadangan bahan bakar fosil yang ada. Sehingga bisa
memberikan waktu yang lebih dari cukup kepada umat manusia untuk mencari sumber
energi alternatif lainnya jika suatu saat energi nuklir juga habis. Sebenarnya
penggunaan elemen nuklir tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari dan memberikan
manfaat yang tidak sedikit. Selain sebagai sumber energi, zat radioaktif tersebut juga
digunakan dalam berbagai bidang misalnya aplikasi MRI dalam bidang kesehatan,
rekayasa genetik bibit dalam pertanian hingga dalam pengetahuan eksplorasi luar
angkasa.
Indonesia, terutama pulau jawa sebagai nadi perekonomian bangsa dalam
beberapa tahun kedepan akan mengalami defisit energi yang semakin parah jika tidak segera
ditanggulangi. Peningkatan kebutuhan listrik untuk sektor rumah tangga dan
industri tidak sejalan dengan tingkat pertumbuhan pembangkit listrik nasional. Hal
tersebut jika dibiarkan akan mengakibatkan kemunduran ekonomi secara agregat dan
kekacauan sosial akibat semakin seringnya pemadaman bergilir. Oleh karena itu untuk
menanggulangi hal tersebut, pemerintah menggulirkan rencana pembangunan PLTN
pertama di Muria.
Pada dasarnya Indonesia mempunyai sumberdaya manusia dan alam yang lebih
dari cukup untuk membangun dan mengoperasikan instalasi energi nuklir, bahkan
diperkirakan cadangan tambang uranium Indonesia bisa dimanfaatkan hingga ratusan
tahun. Diharapkan dengan energi yang relatif murah ini, tercipta multiplier effect
sehingga kesejahteraan bangsa bisa terangkat dan kompetensi di dunia Internasional
semakin meningkat. Secara garis besar, masyarakat Indonesia terutama kalangan
industri antusias dan menyambut baik dengan rencana pemerintah untuk mendirikan
pembangkit tenaga nuklir karena secara tidak langsung akan meningkatkan
perekonomian bangsa dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru selama beberapa
dekade ke depan. Kedepannya, pembangunan PLTN di luar jawa juga akan memberikan
kontribusi positif terhadap sosial ekonomi dan pertahanan Indonesia secara keseluruhan.
Selama ini riset dan pemanfaatan sumber nuklir di Indonesia belum mencapai taraf
pemanfaatan secara massal dikarenakan tarik ulur politik Indonesia di dunia
internasional yang tidak menginginkan dominasi negara maju terhadap nuklir
tergoyahkan. Untuk di dalam negeri sendiri, kendala terjadi karena belum adanya
sosialisasi yang tepat tentang tentang nuklir tersebut. Sebagian kecil masyarakat
cenderung antipati dikarenakan belum paham betul tentang isu tersebut. Disinilah tugas
pemerintah untuk memberikan gambaran obyektif tentang apa yang sebenarnya terjadi
seperti yang diuraikan diatas.
Memang energi nuklir bukannya tanpa risiko. Dalam pengoperasiannya, standar
operasi dan prosedur harus dilaksanakan. Pemeliharaan dan evaluasi setiap saat
merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar. Sebagai contoh, insiden yang terjadi di
Chernobyl pada tahun 1980an di curigai akibat kelalaian manusia yang berujung maut.
Belum lagi sampah nuklir sebagai residu dari reaksi berantai, bisa menimbulkan
pencemaran radioaktif jika tidak diolah dan dikemas dengan sempurna. Sampah tersebut
cenderung tidak bisa didaur ulang. Sebagai catatan, radiasi mematikan dari sampah tersebut
tidak akan hilang dalam waktu ratusan tahun. Dari sisi kesehatan, banyak kasus
terjadi bahwa pekerja di PLTN mengalami keracunan radioaktif akibat terpapar radiasi
dalam waktu relatif lama saat bekerja di instalasi nuklir. Pada dasarnya tidak ada benda
yang bisa mengisolasi radiasi nuklir dengan sempurna, termasuk timbal. Oleh karena itu
semakin sedikit kontak fisik langsung manusia dengan nuklir, maka semakin baik.
Faktor geologi juga berperan penting dalam pendirian sebuah instalasi energi nuklir.
Atas dasar itu juga pemerintah berencana memilih daerah Muria sebagai tempat pertama
untuk membangun instalasi karena tempat tersebut kondisi geologinya relatif stabil dan
jauh dari akses sebagian besar penduduk untuk mengeliminasi kemungkinan yang
timbul.
Suatu saat nanti dengan semakin banyaknya PLTN yang dibuat di Indonesia,
saya berharap ketimpangan sosial antara pulau-pulau akan berkurang dan bangsa
Indonesia bisa menatap masa depan dengan lebih cerah dan sejajar dengan negara maju
lainnya. Amin


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana Bagi Masyarakat

Oleh : Daryanto SMAN 1 Cisarua
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar
akan menjadi suatu masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan.
Kebijakan-kebijakan yang diambil Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), semakin menunjukkan bahwa sudah tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan listrik nasional. Bahkan, PLN sampai melakukan pencarian sumber-sumber
pendanaan melalui penerbitan obligasi untuk menunjang kegiatan operasional dan
memenuhi kebutuhan listrik nasional. Kita akui bahwa ini merupakan kelemahan
pemerintah dalam mengelola kelistrikan. Akibatnya pasokan listrik saat ini tidak
mencukupi kebutuhan.
Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan mejadi suatu masalah bila dalam
penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Negara-negara pengembang nuklir seperti
Jepang, Rusia, dan Korea, telah memberikan pelajaran berharga betapa bahayanya nuklir
bagi kehidupan. Namun, seolah tidak belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut, pemerintah
Indonesia justru berencana untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
guna mengatasi krisis energi. Ekonomis, adalah alasan paling ampuh yang dikemukakan
pendukung PLTN.
Perlu kita ketahui bahwa di Semananjung Muria terdapat tiga calon tapak untuk
lokasi pembangkit pertama di Indonesia. Pembangkit ini diperkirakan mampu
menghasilkan listrik sampai 7.000 megawatt. Dengan adanya sesar yang tidak jauh dari
Semenanjung Muria menunjukkan bahwa lokasi itu memenuhi syarat karena ujung sesar
masih berjarak 10 kilometer dari calon tapak pembangkit listrik nuklir. Sebenarnya,
pemanfaatan nuklir dalam PLTN memberikan banyak keuntungan. Diantaranya, tidak
menimbulkan gas rumah kaca, tidak mencemari udara, biaya bahan bakar rendah, serta
ketersediaan bahan bakar yang melimpah.
Namun, di balik keuntungan-keuntungan tersebut, pemakaian nuklir dalam PLTN
tetap saja menyimpan kerugian yang lebih beresiko yaitu, resiko kecelakaan nuklir seperti
yang terjadi di Uni Soviet. Limbah nuklir yang mengandung radioaktif ini dihasilkan
dalam jumlah yang tinggi dan bertahan hingga ribuan tahun. Hal inilah yang kini banyak
dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan pecinta lingkungan.
Terkait rencana pemerintah Indonesia yang akan membangun PLTN di daerah
Muria. Koordinator Environment Parliament Watch (EPW) menyatakan bahwa Indonesia
dianggap belum siap jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran nuklir. Indonesia belum
memiliki sarana pengelolaan limbah nuklir serta belum mampu menyediakan teknologi
memadai jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran. Berdasarkan penelitian,terbukti bahwa
rata-rata untuk satu orang yang tinggal sekitar 1 km dari sebuah reaktor nuklir, dosis radiasi
yang diterimanya dari bahan-bahan reaktor tersebut kurang dari 10 persen dari radiasi alam.
Selain itu, pembangunan PLTN akan menyebabkan bencana besar, khususnya bagi
para konsumen air tawar. Dimana radiasi nuklir akan dengan mudah menyebar dalam air
tawar melalui proses desalinasi, sehingga konsumen akan terkontaminasi oleh radiasi
nuklir. Sedangkan alasan pemerintah sendiri membangun PLTN ini, yaitu guna mengatasi
krisis energi yang saat ini terjadi di Indonesia. Alasan ini terlalu dipaksakan. Sebab,
ketersediaan sumber daya alam di Indonesia masih cukup besar dan masih dapat
dimanfaatkan lagi dengan asas keseimbangan lingkungan dan keadilan bagi masyarakat.
Limbah nuklir merupakan salah satu hal yang menimbulkan kecemasan
dimasyarakat. Seperti limbah-limbah lainnya, limbah nuklir merupakan bahan yang sudah
tidak dimanfaatkan lagi karena bersifat radioaktif, dan mengandung potensi bahaya radiasi.
Sumber-sumber limbah nuklir sendiri, paling besar berasal dari PLTN yaitu sekitar 90 %.
Sementara 10 persennya, berasal dari penggunaan radioaktif di rumah sakit untuk
kepentingan diagnosa. Maupun industri-industri yang memanfaatkan radioaktif untuk
radiografi. Unsur-unsur radioaktif dalam limbah nuklir mampu memancarkan radiasi.
Maka, limbah nuklir tidak bisa di buang begitu saja ke lingkungan. Karena radiasi
yang dipancarkannya berpotensi memberikan efek merugikan terhadap kesehatan manusia.
Seperti menimbulkan cacat permanen, merusak sel manusia, hingga menyebabkan
kematian. Sehingga, pembuangan limbah nuklir harus dilakukan dengan cara yang tepat.
Lazimnya, di negara-negara maju metode penanganan limbah cair dilakukan dengan tiga
teknik yaitu, dengan dipadatkan atau dipekatkan, dibiarkan meluruh dalam tempat
penyimpanan khusus, dan terakhir limbah cair diencerkan dan didispersikan ke lingkungan.
Karenanya, diperlukan teknologi yang tinggi dalam rangka mengelola limbah nuklir
tersebut. Setelah itu, limbah yang telah dikelola dengan teknologi tinggi tersebut tetap harus
disimpan ditempat khusus yang aman dan jauh dari kehidupan manusia. Sementara
Indonesia sendiri belum mampu menyediakan teknologi tinggi untuk mengelola limbah
nuklir itu nantinya. Dengan penanganan yang memadai saja reaktor nuklir sangat
berpotensi membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia.
Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang
jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu ledak yang
sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir.
Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg Plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan
(Uranium) bisa berpengaruh pada genetika. Oleh karenanya, pemakaian energi alternatif
yang ramah lingkungan dinilai sebagai pilihan tepat, ketimbang pembangunan PLTN.
Energi alternatif yang dapat dimanfaatkan antara lain, panas bumi, tenaga gelombang dan
arus , energi nabati, bioenergi dan potensi energi lainnya. Sehingga lingkungan dapat kita
selamatkan dari kehancuran. Dan hal itu juga, sebagai wujud kasih sayang kita terhadap
lingkungan yang kita tinggali ini.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

A. Isu Proyek Pembangunan PLTN
Tenaga Nuklir kian ramai dibicarakan dalam setiap pertemuan-pertemuan
penting di berbagai belahan dunia. Indonesia pun turut andil dalam pengembangannya.
Bila dilihat dari sejarah dan pengalaman bangsa Indonesia, sebenarnya nuklir bukanlah
barang baru bagi Indonesia. Terbukti pada tahun 50-an Presiden pertama Indonesia
Soekarno sudah mulai mewujudkan visi tentang energi nuklir, dengan harapan
Indonesia akan diakui oleh dunia internasional di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Alasan utama Indonesia dalam pengembangan PLTN adalah kebutuhan
energi yang besar oleh masyarakat Indonesia dengan populasi penduduk yang sangat
padat.
Banyak masyarakat Indonesia yang menentang pembangunan PLTN karena
dianggap hanya akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Setiap
permasalahan memiliki solusi, sikap optimistis perlu diterapkan untuk proyek besar
seperti ini. Para peneliti yang bekerja pada BATAN (Badan Peneliti Atom Nasional)
melalui sarana dan fasilitas yang ada melakukan riset teknologi nuklir untuk
pengembangan industri nuklir seperti teknologi reaktor dan keselamatan nuklir dengan
menggunakan reaktor riset berdaya 30 MWth, fabrikasi bahan bakar nuklir, pengelolaan
limbah radioaktif, keselamatan radiasi dan lingkungan dilakukan dalam rangka
persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Adapun dasar pertimbangan pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik
yang lebih jelas dan tegas, tercantum pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang. Cukup jelas keseriusan
pemerintah dalam perencanaan pembangunan PLTN maka masyarakat tidak perlu
merasa takut berlebih karena pastinya para peniliti berpikir panjang mengenai
pengelolaan limbah nuklir.
B. Pemanfaat Tenaga Nuklir
Tenaga nuklir diharapkan bisa menjadi sumber energi masa depan Indonesia.
Karena tenaga nuklir memiliki manfaat yang sangat banyak. Dengan adanya tenaga
nuklir, diyakini bisa menambah pasokan listrik di Indonesia, terutama di pulau padat
penduduk seperti yang ada di pulau Jawa. Selain itu diharapkan masyarakat Indonesia
tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap petroleum, dengan demikian
Indonesia dapat memproduksi minyak bumi lebih banyak. Selain itu, emisi gas dapat
berkurang.
Tenaga nuklir juga dimanfaatkan pada bidang-bidang lainnya seperti bidang
pertanian, peternakan, hidrologi, industri, kesehatan, penggunaan zat radioaktif dan
sinar-X untuk radiografi, logging, gauging, analisa bahan, kaos lampu, perunut (tracer)
dan lain-lain. Dalam bidang penelitian terutama banyak dilakukan oleh BATAN mulai
dari skala kecil sampai dengan skala besar. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat
dilihat seperti untuk diagnosa, kedokteran nuklir, penggunaan untuk terapi dimana
radiasi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker.
C. PLTN butuh lokasi yang tepat
Salah satu hal penting dalam perencanaan adalah lokasi pembangunan. Ada
beberapa hal yang dikhawatirkan, yakni secara geografis cukup banyak wilayah
Indonesia yang berada di atas patahan-patahan tektonik yang rentan akan gempa bumi.
Sehingga lokasi yang tepat adalah lokasi yang tidak rawan terhadap gempa bumi.
Badan Peneliti Atom Nasional telah meneliti sejumlah wilayah di pulau Jawa
yang kira-kira tepat untuk proyek pembangunan PLTN, dan berita terakhir
menyebutkan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang dituju. Pihak BATAN
berpendapat, wilayah Jepara dinilai aman dari patahan-patahan tektonik yang
menyebabkan gempa, dan juga letak geografisnya yang di ujung pantai juga strategis
dalam mendukung teknologi pendingin sisi nuklir yang akan menggunakan air laut.
Namun sepertinya hal itu kurang tepat mengingat populasi penduduk yang padat
di pulau Jawa dan dipastikan lokasi pembangunan tidak jauh dari pemukiman
penduduk, kita pun perlu mengingat limbah nuklir yang sangat berbahaya. Di samping
itu pembangunan PLTN berarti membuka lapangan kerja baru yang mendorong
masyarakat berbondong-bondong pergi ke pulau Jawa dan akan menambah kepadatan
penduduk. Sehingga program transmigrasi pemerintah akan terhambat. Hal penting
lainnya adalah, kondisi tanah Jawa sangat subur untuk pertanian dan masih produktif.
Rasanya kurang bijaksana apabila harus mengorbankan sisi produktifitasnya. Lokasi
yang cukup tepat adalah seperti lokasi reaktor nuklir di Gorontalo, karena menurut
penelitian lahannya sudah tidak produktif lagi dan jauh dari pemukiman penduduk.
D. Indonesia Telah siap
Menurut BATAN, diantara negara-negara berkembang dan pendatang baru di
bidang pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik, Indonesia dinilai yang
paling maju terutama dari kesiapan SDM dan infrastruktur, termasuk dalam aspek
safeguards. Amerika Serikat dan Rusia pun telah menandatangani perjanjian kerjasama
dengan Indonesia dalam proyek pembangunan reaktor nuklir, hal ini menunjukkan
kepercayaan mereka terhadap potensi nuklir yang dimiliki Indonesia.
Kini hanya tinggal menunggu kesiapan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya,
Pemerintah dan peneliti harus segera melakukan publikasi dan sosialisasi mengenai
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Karena masyarakat Indonesia masih
kurang akan pengetahuan tenaga nuklir. Diharapkan agar masyarakat dapat melihat
berbagai macam perspektif dan dapat berpikir kritis untuk kepentingan bersama.
Situasi berubah cepat mengikuti alur waktu. Masyarakat Indonesia harus jeli
melihat kemajuan teknologi yang dan berpikir terbuka terhadap hal-hal baru
namun tetap selektif.


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

ATASI KRISIS ENERGI & GLOBAL WARMING DENGAN TEKNOLOGI NUKLIR

Kenaikan harga bahan bakar di Indonesia semakin memicu perdebatan dikalangan
masyarakat bahkan para wakil rakyat. Semakin menipisnya sumber energi tak terbarukan
(seperti minyak bumi, gas, dan batu bara yang menjadi sumber energi listrik terbesar di dunia)
mendorong putra putri bangsa untuk berkontribusi dalam menciptakan sumber energi
alternatif. Namun, penawaran solusi tersebut sepertinya berhenti sampai pada tahap
penyampaian pendapat saja, belum ada upaya merealisasikan secara pasti.
Ketika krisis listrik kembali terjadi, yang dilakukan pemerintah adalah memperbaiki
jaringan, menambah daya terpasang, meningkatkan menejemen operator, lalu tentu saja rakyat
kembali dibebankan kenaikan harga termasuk tarif dasar listrik. Di lain pihak, pemerintah telah
mengupayakan pemanfaatan sumber energi alternatif lain dengan perencanaan pemanfaatan
teknologi nuklir. Akan tetapi upaya ini belum juga terealisasi dengan baik, karena pemerintah
memiliki pertimbangan tersendiri mengenai pemanfaatan energi nuklir,serta masih mengkaji hingga
lingkup efek positif dan negatif tidak lagi menjadi perdebatan yang akan merugikan bagi
pemerintah. Di kalangan masyarakat sendiri masih muncul tanggapan pro dan kontra terhadap
kebijakan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Hal tersebut muncul dikarenakan masih minimnya pendidikan mengenai teknologi
nuklir dikalangan masyarakat. Bagi sebagian masyarakat awam, kata nuklir erat kaitannya
dengan kehancuran, kerusakan, dan sesuatu yang mematikan. Hal tersebut yang menyebabkan
ketakutan, sehingga beberapa orang, kelompok, bahkan negara memilih untuk tidak
memanfaatkan energi nuklir.
Padahal, jika ditilik lebih lanjut, pemanfaatan energi nuklir yang tepat akan lebih
menguntungkan dan lebih efisien. Selain jumlah ketersediaan bahan bakar nuklir yang melimpah,
dan biaya bahan bakar yang rendah, kelebihan dari aplikasi penggunaan PLTN adalah tidak
terbentuknya emisi gas rumah kaca, karena tidak menggunakan peralatan proteksi lingkungan
seperti DeSOx dan DeNOx. Dengan penggunaan PLTN, message.polusi udara oleh gas-gas
berbahaya seperti karbon monoksida, aerosol, mercury, sulfur dioksida, nitrogen oksida, partikulate,
atau asap fotokimia dapat dikurangi.
Pertimbangan tersebut menyebabkan semakin diperlukannya energi nuklir, akan tetapi
masyarakat Indonesia sendiri pada umumnya masih terprovokasi oleh isu-isu mengenai
bahaya nuklir terutama atas limbah nuklir. Berbagai sosialisasi mengenai pembangunan PLTN
dan tenaga nuklir sudah mulai dilaksanakan, akan tetapi belum dapat menjawab kegelisahan
masyarakat mengenai langkah untuk mengatasi limbah nuklir tersebut. Banyak program
sosialisasi yang hanya membahas mengenai bahaya nuklir tanpa mau memberikan informasi
dampak positif dari penggunaan tenaga nuklir tersebut.
Masyarakat juga masih berfikir bahwa energi alternatif seperti biofuel, gelombang
laut, sinar matahari dan gas bumi mampu mengatasi krisis listrik tanpa harus mengeluarkan dampak
limbah berbahaya sepperti limbah nuklir. Namun, pada dasarnya semua energi alternatif tersebut
tidak dapat memberikan dampak signifikan terhadap permasalahan krisis energi. Jika memang
ingin membebaskan bangsa ini dari krisis energi yang harus dilakukan terlebih dahulu ialah
menumbuhkan kepercayaan masyarakat mengenai kebermanfaatan tenaga nuklir dengan
mengadakan sosialisasi tenaga nuklir secara tepat dan berimbang. Marilah kita hentikan global
warming dan krisis energi dengan mendukung teknologi nuklir.


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

Saat ini, pemerintah melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkoninfo) melakukan sosialisasi di Jateng
mengenai rencana pembangunan proyek PLTN di Jepara. Rencananya, PLTN yang
dipersiapan beroperasi pada 2015 akan menambah catu daya sekitar 5.000 hingga 7.500
megawatt (MW). Proyek PLTN terpadu dengan perkirakan 5-6 reaktor, 1 reaktor
berkapasitas 600-1.000 MW. Rencana pembangunan PLTN di Indonesia kurang saya
setujui, karena faktor :
Keamanan. Indonesia adalah Negara kepulauan dan berada pada wilayah
Lingkaran Api atau tempat pusat bertemunya beberapa lempeng bumi, hal ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami dan dapat
terjadi pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan kanker thyroid.
Ketergantungan Terhadap Negara Lain. Di Indonesia memang terdapat tambang
Uranium di Kalimantan, namun Uranium tersebut masih harus mengalami proses
pengolahan yang lama dan membutuhkan biaya banyak. Jika mau mudah, hanya bisa
membeli di negara lain. Artinya ketergantungan selama 40 tahun (masa hidup reaktor).
Biaya yang Mahal. Indonesia masih sangat kekurangan pengalaman tenaga kerja dan
butuh banyak peralatan yang harus di impor dari negara luar, hal itu akan menyebabkan
banyak memakan biaya yang sangat besar. Belum lagi jika terjadi kerusakan besar dan
memakan waktu perbaikan yang lama, Tenaga Ahli-nya pun harus yang sudah
berpegalaman, dan Tenaga Ahli yang sudah berpengalaman tersebut tidak terdapat di
Indonesia, maka harus melakukan pengeluaran besar untuk memanggil Tenaga Ahli dari
luar negeri tersebut.
Saran saya terhadap pembangunan PLTN di Indonesia adalah, sebaiknya di lakukan
pelatihan oleh Tenaga Ahli luar hingga dapat melaksanakannya sendiri terlebih dahulu,
mulai dari cara mengolah bahan baku, pembangunan, pendaur-ulangan limbah yang
mungkin dihasilkan, sampai kerusakan yang dapat terjadi. Sehingga kedepannya,
Indonesia tidak perlu membutuhkan biaya untuk membeli bahan baku (karena sudah
dapat mengolah dengan baik), dan Tenaga Ahli untuk perbaikan. Karena ledakan
reaktor nuklir dapat menyebar hingga radius 15-25 KM. Sebaiknya pembangunan di
lakukan di daerah terpencil, dan dekat dengan sumber bahan baku. Sebab meskipun
terjadi kecelakaan, tidak menyebabkan efek yang terlalu besar bagi kehidupan disana.


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

Di Indonesia gagasan untuk pembangunan PLTN sebenarnya telah ada semenjak
tahun 1956, namun pada tahun 1972 ide tersebut baru muncul bersamaan dengan
dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN), Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga listrik (Departemen PUTL).
Kemudian berlanjut dengan di adakannya seminar yang menghasilkan bahwa PLTN harus
di kembangkan di Indonesia dan pada saat itu juga di usulkan 14 tempat untuk
pembangunan PLTN yang salah satunya di Semenanjung Muria. Namun yang sangat di
sayangkan, sampai pada saat ini pembangunan PLTN belum juga dapat terlaksana di
karenakan banyaknya alasan-alasan.
Mengapa Indonesia sepertinya sangat ketakutan untuk membangun sebuah rektor
nuklir? Apakah dikarenakan dampaknya pada global warming? Padahal PLTN tidak
menyebabkan polusi udara yang begitu parah, limbah dari PLTN hanya berupa H2O, CO2,
dan limbah-limbah lain yang akan kembali pada kolam penampungan agar dampak dari
radiasi dapat di abaikan. Apakah karena takut dengan dampak negatif nuklir? Seharusnya
kita tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut secara berlebihan karena reaktor nuklir telah
dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, selain itu
pembangunan PLTN dari tahap perencanaan rencangan bangunan sampai dengan tahap
dekomisioning akan di awasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir Internasional dan Badan
Pengawas Dalam Negeri, jadi tidak ada alasan untuk mengkhawatirkan hal tersebut secara
berlebihan.
Kalau menurut saya sebaiknya pembangunan PLTN dilaksanakan di tempat yang
jauh dari pemukiman penduduk, agar masyarakat menjadi lebih tenang namun walaupun
begitu harus di adakan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat khususnya warga
sekitar tempat pembangunan PLTN tentang PLTN tersebut, tujuannya agar masyarakat
dapat lebih tenang lagi, nyaman dan dapat mempercayai pemerintah. Jika perencanaan
sudah matang sebaiknya cepat dilaksanakan pembangunan PLTN karena batubara yang
selama ini kita pakai sudah tinggal sedikit persediaannya, selain itu masyarakat Indonesia
juga sangat membutuhkan PLTN agar mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

NUKLIR PENYELAMAT PERADABAN

Nuklir PEnyelamat Peradaban?.Bagi sebagian orang judul ini membuat bingung dan resah.Tahun-tahun terakhir, isu akan adanya pembangunan PLTN di Indonesia membangunkan minat warga akan tenaga nuklir. Sebelumnya, bidang nuklir tidak terlalu terekspos keberadaannya. Masalahnya, setelah nuklir menjadi terekspos, yang menjadi dominan di masyarakat adalah pandangan negatif terhadap energi alternatif ini.
Nuklir adalah salah satu sumber energi alternatif yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Jika dipertimbangkan melalui logika, pemerintah saat ini terlihat enggan menyetujui eksplorasi lebih lanjut akan tenaga nuklir dan pemanfaatannya. Pemerintah lebih fokus untuk meningkatkan layanan tanpa memperhatikan ketersediaan sumber daya. Akibatnya, tarif listrik pun terus meningkat. Padahal dari sekian banyak sumber energi, telah diteliti bahwa nuklir akan mampu menyumbang listrik sebesar 10% dari jumlah permintaan listrik di Indonesia.
Kesadaran akan lingkungan juga membawa nuklir pada topik berwawasan lingkungan atau tidak. Jawabannya adalah ya, nuklir adalah energi yang berwawasan lingkungan. Dalam rangka pelestarian lingkungan, nuklir turut berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang mengakibatkan global warming. Emisi CO2 nuklir ke udara jauh lebih sedikit dari pada sumber energi lain. Untuk ketersediaan Uranium, sebagai bahan baku reaktor nuklir, lebih besar dibandingkan dengan sumber energi lain. Yaitu, umur tenaga nuklir dapat mencapai 3600 tahun, sedangkan bahan bakar minyak akan habis 42 tahun lagi. Tanpa listrik, dunia akan menjadi kegelapan semata bukan? Inilah saatnya nuklir menjadi penyelamat peradaban.
Untuk Indonesia, diperlukan komitmen yang besar untuk membangun PLTN. Keselamatan dan kepengurusan limbah nuklir harus menjadi yang utama dalam pengadaan PLTN. Masih diperlukan sumber daya manusia yang secara kualitas dinyatakan lulus untuk mengurusi bidang ini. Sayangnya, ketertinggalan dalam bidang IPTEK terpampang jelas dalam aksi-aksi penolakan nuklir. Fakta tersebut sebaiknya dijadikan tantangan bagi bangsa Indonesia sendiri untuk mengambil tindakan yang secara ekonomis menguntungkan, yaitu penggunaan energi nuklir. Mungkin masih diperlukan waktu dalam menciptakan persetujuan mayarakat akan tenaga nuklir ini. Tetapi jika tidak dilakukan sekarang, kapan lagi?

Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir

Minggu, 23 November 2008

Balada PLTN di Indonesia

Balada PLTN di Indonesia

PLTN merupakan ide yang diangkat pada tahun 1956, melaui pernyataan pada
seminar-seminar pada masa itu. Artinya rencana PLTN di Indonesia sudah berumur kurang
lebih 54 tahun. Meski sudah lama bekerja sama dalam perencanaan, perancangan, dan
sebagainya. PLTN di Indonesia masih belum juga dibangun dengan sebab dan alasaan yang
beraneka ragam. Dari sekian banyak tempat yang pernah diusulkan untuk membangun
sbuah poyek PLTN, akhirnya hanya Semenjung Muria-lah yang terpilih. Meski sampai
sekarang PLTN masih menuai banyak kecaman berupa penolakan, terutama warga desa
sekitar tempat yang direncanakan akan dibangun PLTN tersebut, Desa Balong.
Sampai saat ini, yang masih membuat bingung adalah, mengapa harus Semenanjung
Muria? Bahkan ada kabar daerah Banten juga akan dibangun PLTN. Mungkin saja
penolakan-penolakan yang terjadi selama ini karena ada dua f-brothers (ciptaan penulis).
Mereka adalah Green Community dan WWF dan yang ingin penulis tekankan, mengapa
mereka ikut menolak? Bukankah di negara mereka juga dibangun PLTN? Memang,
Indonesia seringkali disebut-sebut sebagai paru-paru dunia karena hutannya yang luas nan
lebat. Tapi Indonesia juga tidak kalah sering mendapat kecaman, dampak isu global
warming. Mengapa? Bukankan limbah PLTN hanya berupa air, CO2, dan limbah lain yang
harus dkembalikan?
Untuk itu, hendaknya Indonesia harus berani melawan.
Harus ada orang Indonesia
yang membuktikan bahwa tidak benar tingkat “penghasilan” gas CO2 di Indonesia sangat
tinggi. Selain itu, pemerintah juga perlu mendesak instansi-instansi terkait untuk mencari
tempat baru yang kira-kira lebih mungkin untuk dibangun PLTN. Bukankah Indonesia
memiliki beribu-ribu pulau? Hendaknya kita membangun PLTN di pulau terpencil agar
tidak ada yang protes. Jikalau masih ada, karena alasan pencemaran laut, kita minta saja
badan internasional yang menangani masalah nuklir untuk ikut mengawasi. PLTN sangat
dibutuhkan di Indonesia, bagaikan tubuh yang kekurangan darah, Indonesia tidak akan
mampu berkembang secara optimal jikalau masih ada permasalahan energi, khusunya
listrik.

Balada PLTN di Indonesia for TopCop2010


Artikel terkait :
1. Balada PLTN di Indonesia

2. Nuklir Penyelamat Peradaban

3. Dilema Pembangunan PLTN di Indonesia

4. PLTN = Revolusi Kebiasaan Indonesia

5. Nuklir, Ancaman atau Solusi ?

6. Atasi Krisis Energi & Global Warming Dengan Teknologi Nuklir

7. Nuklir sebagai Solusi Bergengsi

8. Status Nuklir Ekonomis, tetapi Membawa Bencana

9. PLTN, Teknologi Prospektif Untuk Masa Depan

10. Nuklir Tidak Ramah Tapi Kita Membutuhkannya

11. Reaktor Energi Nuklir

12. Energi Nuklir Sebagai Pembangkit Listrik

13. PLTN tunjang Produksi Listrik Indonesia

14. Bahaya Radio Aktif dari PLTN

15. Resiko dan Masalah dari PLTN

16. Proses kerja PLTN sebagai pembangkit listrik

17. Pemanfaatan energi Nuklir dan reaksi energi nuklir

Krisis Energi dan PLTN di Indonesia

19. Reaksi dan Energi Nuklir

20. Sejarah penggunaan Energi nuklir

21. Energi Nuklir : Kelebihan dan Kelemahan

22. Energi nuklir dalam Memenuhi Listrik Indonesia

23. Prinsip kerja PLTN

24. PLTN di Indonesia

25. Sejarah singkat Pembangunan PLTN di Indonesia

26. Indonesia, Energi dan Teknologi Nuklir